WISATA DAN BUDAYA

Nyuluh : Tradisi Menangkap Udang Masyarakat Melayu

Nyuluh : Tradisi Menangkap Udang Masyarakat Melayu
Nyuluh merupakan tradisi menangkap udang masyarakat melayu.(Foto istimewa)

Bentan.id – Nyuluh atau menyuluh merupakan salah satu cara masyarakat Melayu yang tinggal di sepanjang pesisir pantai Kepulauan Riau untuk menangkap udang,

Aktifitas menyuluh udang ini hanya bisa dilakukan pada saat cuaca mulai gelap, malam sampai subuh hari. Menyuluh berarti menerangi, atau mencari udang dengan lampu senter. Jika diterangi dengan cahaya senter, mata udang itu akan bercahaya kemerah-merahan.

Hal itu akan memudahkan untuk menangkapnya. Itulah sebabnya kenapa aktifitas menyuluh udang dilakukan pada saat cuaca mulai gelap atau malam hari saja. Aktifitas menyuluh udang ini, sudah menjadi tradisi dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat melayu yang tinggal di sepanjang pesisir pantai Kepulauan Riau, baik di Tanjungpinang, Bintan, Batam, Karimun, Lingga, Anambas, Natuna dan pulau pulau kecil lainnya.

Peralatan yang digunakan untuk menyuluh udang sangat sederhana, cukup lampu senter sebagai alat penerang. Senter tersebut ada yang menggunakan baterai, aki dan dicas. Biasanya masyarkat menggunakan sepatu boot saat menyuluh udang.

Tujuannya agar kaki mereka terhindar dari tusukan benda benda tajam, karang laut dan binatang berbisa lainnya. Masyarakat di sekitar pesisir pantai Kepulauan Riau, biasanya akan menyuluh udang pada saat air laut mulai surut. Namun bila air laut keruh, mereka kesulitan menyuluh udang, karena susah dilihat, meskipun sudah memakai senter. Untuk menangkap udang, masyarakat melayu di pesisir pantai Kepulauan Riau menggunakan tombak kecil yang biasa disebut dengan serampang.

Tombak kecil sepanjang setengah meter tersebut memiliki tiga sampai lima mata, yang fungsinya untuk menusuk atau menjepit udang. Membuat serampang ini sangat mudah. Biasanya masyarakat menggunakan jari -jari sepeda atau tangkai payung. Namun saat ini sudah mulai ada yang ditempa, dan dijual di toko toko yang menjual peralatan memancing.

Bila ujung serampang atau tombak kecil itu sudah mulai tumpul, masyarakat biasanya akan menggosoknya dengan amplas. Menyuluh udang bisa dilakukan dengan berjalan kaki, menyisir sepanjang pantai yang lumpurnya tidak terlalu dalam. Biasanya itu bisa dilakukan ketika ketinggian air surut sudah sampai sebatas lutut, atau sekitar 30 sentimeter. Sedangkan di kawasan pantai yang memiliki lumpur yang dalam, biasanya masyarakat menggunakan sampan atau perahu kecil untuk menyuluh udang. Mereka akan duduk di ujung sampan, sambil menurunkan sebelah kaki, untuk memutar arah dan mendorong sampan.

Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, selain mencari ikan ke laut, aktifitas menyuluh udang tersebut dapat menjadi mata pencaharian tambahan. Udang yang mereka peroleh sebahagian dijual, dan sebagian lagi mereka konsumsi sebagai lauk di dapur.

Menariknya, saat menyuluh, tidak hanya udang yang mereka dapatkan. Kadangkala mereka juga mendapatkan gonggong, gamad, dan binatang laut lainnya. Selain dikerjakan oleh kaum lelaki, aktifitas menyuluh udang juga dilakukan oleh kaum perempuandan anak remaja. Hal itu dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga dan sekadar mencari lauk untuk dimasak. Rata rata mereka bisa mendapatkan 1-3 kilogram sekali turun menyuluh udang.

Adapun jenis udang yang didapatkan dari aktifitas menyuluh udang ini adalah udang jerbung atau udang putih, udang peci, udang dogol dan udang vaname. Aktifitas menyuluh udang akan berakhir bila air laut mulai bergerak naik pasang. Mereka akan kembali naik ke daratan sembari membawa udang hasil tangkapannya.

(Ink/Brp)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close